Kisah Dua Carik Kain Merah dan Putih Oleh Muhammad Tirtana Atmaja pada 17 Januari 2014 pukul 16:16 Kisah Dua Carik Kain Merah dan Putih Tak banyak cerita yang selama ini terungkap tentang bendera pusaka. Sebagian besar orang bilang kalau bendera berukuran 2x3 meter itu dijahit dengan tangan oleh Ibu Fatmawati. Tapi, dalam sebuah pameran foto yang di selenggarakan oleh keluarga Bung Karno, diperlihatkan kalau Ibu Fat menjahit bendera itu dengan sebuah mesin jahit. Entah mana yang benar, yang pasti bendera hasil jahitan Ibu Fat itulah yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan RI dibacakan oleh Soekarno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Cerita tentang sebelum bendera itu dijahit, hampir tidak pernah diketahui orang. Tetapi nanti dulu… Ini ada kisah dari penuturan pelakunya sendiri tentang dari mana Ibu Fat mendapatkan kain untuk membuat bendera pusaka. Pada 1944, Jepang telah menjanjikan kemerdekaan untuk Indo...
Postingan populer dari blog ini
Sang Saka Merah Putih kembali ke Jakarta
Ketika di pagi hari tanggal 19 Desember 1948 tentara Belanda telah memulai serangannya yang dikenal dengan Agresi ke II, Panglima Besar Soedirman dalam keadaan sakit melaporkan diri kepada Presiden Soekarno. Akhirnya Pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak meninggalkan Ibukota. Berhubung masih sakit, Presiden berusaha membujuk supaya tinggal dalam kota, tetapi Sudirman menolak. Setelah itu Jenderal Soedirman meninggalkan Yogyakarta untuk memimpin gerilya dari luar kota dan kemudian Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta ditangkap dan diasingkan ke Sumatera. Dalam perjuangan tidak jarang Panglima Besar Soedirman harus ditandu atau digendong karena dalam keadaan sakit keras. Perjuangan para gerilyaan tidak pernah berhenti dan terus mengganggu tentara Belada disetiap tempat dan waktu. Serangan gerilyawan akhirnya berpuncak pada Serangan Oemoem 1 Maret 1949 yang dirancang oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan dilaksanakan oleh Letkol Suharto. Mata dunia int...
Peyesalan di Dermaga Kebahagiaan
Saat ku lihat wajah mu bak embun pagi yang sejuk, matahari mulai tenggelam peraduan nya, di saaat itu pula sepertinya cerita cinta ku pun akan bertindak demikian, seharusnya saat itu aku berdiri kedepan mu, menatap wajah mu, menyapa mu, dan kuisyaratkan cinta. Dada ku ku terlalu deras berdebar bila ku lihat rona merah di wajah mu dan saat mata kita saling bertemu di kala itu. Ya itu tadi cerita tentang sebuah kisah dimana aku merasakan getaran cinta. Keterlambatan lagi semenjak hari itu, selalu melekat pada setiap cerita cinta ku. Berharap akan tak terjadi hal itu tapi harapan tinggal lah harapan, aku merasa tak berdaya saat ingin ku lontarkan sebuah kata untuk dia yang menjadi bara asmara ku, alhasil apa yang kudapat sekarang, seuntai cerita cinta yang hampir sama terjadi berulang selama 3 kali selama hidup ku, semua nya pun memliki sebuah kesamaan yang semakin membuat hati ini seperti terluka, bak disayat oleh mata belati yang bercampur kepedihan dan jeritan akan kesengsaraan. K...
Komentar
Posting Komentar