Hidup Dalam Perbedaan Tanpa Membedakan

Mungkin ini satu-satunya tulisan yang bernada serius. Berhubung kurang bisa bernada tapi setidaknya ini merupakan manifestasi atas hiruk pikuk suara yang saling bertentangan diluar sana dan didalam sini. Sebelum kalian menyuarakan toleransi sudah seberapa tolerankah kalian, jangan membumbung tinggi dulu tentang sebuah keyakinan karena itu abstrak. Jangan hanya berkata mengenai minoritas dan mayoritas, karena pembahasan itu tak akan ada habisnya. Lucunya bangsa ini saling menghujat dengan kebenaran dan kesalahan, dipermainkan bak anak kecil yang menanti sepasang kekasih kembai dari peraduan untuk membawakan mereka kegembiraan. Kenapa kita begitu senang dengan permainan untuk sebuah perpecahan bukan sebuah pujian antara satu dengan lainnya. Intelektualitas tinggi bukan sebuah ukuran kita dapat bermain dengan penuh canda tawa bukan untuk saling menjatuhkan untuk keduanya. 
Kita tenggelam oleh ambisi, diselamatkan oleh egoisme, bersyukur diatas sendu, dan tertawa untuk segalanya entah itu benar atau salah. Menghujat, saya ingin tapi tidak  terlalu ingin untuk memuntahkannya. Toleransi dengan apa yang kalian yakini tidak menyurutkan langkah untuk membantu mereka bangkit tanpa ambisi, egoisme, dan sendu. Dengan menghina sesama apakah kalian juga sudah dicap sebagai orang yang toleran, sama saja kalian dan aku tak melakukan apa-apa untuk melakukannya diantara kedua belah pihak yang bertikai dan akan semakin meramaikan permainan mayoritas dan minoritas serta semakin memerdukan lagu benci untuk mengiringi keduanya bermain tanpa mengenal waktu sore untuk pulang berbersih diri berkumpul dengan keluarga. 

Patutkah kita ikut membenci dan meramaikan rindu yang telah menjadi sumbang disebrang sana.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kekasihku