Dua Insan

Menapakkan kaki kembali ke tanah pertumbuhan dan perkembangan yang tidak memperkarakan urusan agama sebagai topik utama tetapi disatukan oleh urusan perut yang melilit setiap lapis manusia. Menemui sebuah bangunan tak bergerak namun ukurannya mengecil seiring waktu menggerusnya untuk merunduk tak bertahan akan terpaan zaman. Menemani mereka yang menua di dalamnya, melahirkan insan beradab dan biadab sesuai tuntutan perut yang menggigit pola pikir menandaskan akal budi. Sepagi datang menatap raut bahagia, bukan orangtua namun siapa saja yang kenal dengan dirinya dulu. Ada beberapa kata yang terbaca disana agak menghentakkan rona jiwa mengapa bisa terlahir insan itu. Sepasang wanita muda bertemu dengan pujangga yang mengejar kata cinta darinya setelah bertatap muka untuk pertama kalinya menghamburkan sebuah rasa yang langsung tertuju padanya. Terajutlah kasih yang memunculkan dua manusia baru, murni dari usaha dan Ridho-Nya tanpa kata tak sengaja untuk membuat mereka muncul di dunia. Sampai hari ini bertambahlah anak mereka, bukan dari usaha yang sama akan tetapi datang dari uluran tangan-tangan yang mengharap sambutan untuk membangkitkan mereka dari apa yang telah mereka gapai sekarang. Sepagi datang disambut oleh tiga orang yang mereka angkat sebagai anak, merasa diduakan? tentu tidak. Telah banyak anak yang mereka besarkan untuk sekedar mengharap belas kasih untuk sebuah kebaikan yang tercurahkan.

Beradab dan biadab merupakan urusan perut yang akan mereka jalani setelah uluran tangan itu terlepas tak merajut sebuah asa untuk mereka terima selamanya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kekasihku